Selasa, 24 Juni 2008

KABAR UNTUKMU TUHAN!!!!!!!!!

_Adhyet

Malam itu sudah larut, jalan raya sudah sepi dari hiruk pikuk kendaraan, yang di siang hari menumpuk seperti rentetan serangga yang berebut makan. Aku masih diatas sebuah angkutan kota menuju rumahku, tapi saat itu memang tidak aku sendiri yang tertolong oleh jasa seorang pria berkulit hitam berbadan kepal, pria itu menolong kami ditiap sisi jalan yang mencoba kembali keperaduan masing-masing setelah beraktivitas seharian. Dia mungkin jadi penolong kami di malam itu. Bagaimana tidak, di saat seperti itu aku yakin orang-orang sudah meluruskan kaki atau menggauli istrinya. Tapi pria itu lebih memilih memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk mencari uang.

Ketika ujung setapak rumahku mulai nampak, aku pun menyuruhnya untuk berhenti, kubayarnya dengan tarif yang baru. Maklumlah BBM kemarin telah mengalami peningkatan harga yang sangat, tak lupa ku berterimakasih padanya. Kulanjutkan langkahku kemudian masuk kerumah, tapi sebelum itu aku mendapat ceramah seremonial ibuku akibat pulang larut, telah kujelaskan alasanku kucoba jadi orang jujur sedunia. Tapi alasan diskusi BBM dilanjutkan konsolidasi untuk aksi tolak naiknya BBM tak ampuh malah aku dianggap mahasiswa tidak ada kerjaan, setelah itu aku beranjak ke kamar dan melepaskan bajuku yang penuh debu akibat aksi siang tadi, kurebahkan tubuhku di kasur yang cukup empuk walaupun tak seperti kasur orang-orang di istana negara, sambil kuingat kejadian-kejadian yang kualami tadi dengan kepala memandang kelangit-langit kamar.

“Anjing tak berperasaan”, gumamku sebelum tidur, hingga kata-kata itu ibarat sebuah doa sebelum tidur. Lalu aku bangkit dari tempat tidur kemudian pergi berwudhu lalu melaksanakan shalat kemudian aku mengadu pada-Nya.

”kebijakan yang dikeluarkan pemimpin negari ini yang menyebabkan aku sampai terlambat pulang, sopir angkot atau orang yang harus bekerja dimalam hari, rela melepaskan nikmatnya kasur empuk, kebijakan itu yang membuat istri-istri tak dinafkahi secara birahi. Kebijakan itu yang membuat aku jadi seorang anak durhaka menurut ibuku. Kebijakan itu membuat aku tidak masuk final test semester—bertepatan dengan aksi siang tadi. Kebijakan itu yang membuatku diputuskan oleh kekasihku yang kusayang hanya karna aku tak dapat lagi mengajaknya jalan, harga tiket twenty one naik ditambah lagi kulitku yang semaki hitam dan dekil karena debu aksi. Bukan cuma itu luka yang diberikan APARAT yang refresif ini seperti hadiah buat kami yang membela diri, rakyat kecil termasuk dirinya dan keluarganya. Kebijakan itu yang membuatku LUPA PADAMU YA TUHANKU, sampai saat aku sujud pun saat ini aku masih mengingatnya ingat bukan cuma ini saja masih banyak keluhan orang-orang yang lebih menderita yang harus Kau dengarkan, jika apa yang kulakukan dan kukatakan benar maka PENGUASA itu harus tumbang dan berikanlah kami REVOLUSI sebagai hadiah perjuangan kami.”

Setelah itu akupun kembali tidur dan matahari terbit di sebelah barat suara gemuruh jutaan manusia tumpah kejalan, sambil meneriakkan R…E..V…O…L…U..S...I! aku tak percaya inikah revolusi yang sering dibicarakan kawan-kawanku atau ini sudah kiamat akibat kekuasaan yang menindas???????? Aku jatuh dari tempat tidur dan seketika tersadar semua itu adalah mimpi. Aku bergegas mandi dan berangkat ke kampus untuk melakukan aksi besar-besaran yang telah disepakati. Akhirnya targetan kami tercapai; BENTROK tak terelakkan. Setelah itu aku ke depan komputer lalu menuliskan ini semua.

Tidak ada komentar: